Wednesday, July 11, 2018

PESTA ADAT MARIMPA SALO


PESTA ADAT MARIMPA SALO
Sebagaimana diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan ditandai oleh banyaknya suku bangsa yang masing-masing menunjukkan budayanya yang unik dan khas dan menjadi kebanggaan bangsa  Indonesia serta mengandung nilai-nilai budaya yang dapat dimanfaatkan.
Kabupaten Sinjai sebagai salah satu wilayah yang berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia juga memiliki kekayaan dan keanekaragaman budaya yang khas dan unik. Kekayaan budaya tersebut masih bisa ditemukan dan dinikmati hingga saat ini. Salah satunya adalah tradisi atau atraksi budaya Marimpa Salo yang dilaksanakan di Sungai Appareng oleh masyarakat di dua desa yaitu Desa Sanjai Kecmatana Sinjai Timur dan Desa Bua Kabupaten Sinjai
Upacara Marimpa Salo merupakan ritual adat  yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun lamanya dan terus dilestarikan oleh masyarakat masyarakat di Desa Sanjai-Desa Bua Kecamatan Sinjai Timur-Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai. Pemerintah Daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Sinjai telah melakukan berbagai upaya pelestarian event budaya ini di antaranya melalui promosi baik secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik, penetapan upacara a marimpa salo sebagai salah satu event tahunan budaya di Kabupaten Sinjai serta melalui dukungan anggaran pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan upacara adat ini bermula dari kebiasaan para leluhur, khususnya Kerajaan Sanjai dan Kerajaan Bua serta kerajaan sekitarnya bila selepas panen raya tiba, sekelompok masyarakat melakukan acara ritual di hulu sungai yang biasa disebut Batu Lotong (Batu Hitam) aliran sungai Appareng disebut Ma’timpa Binanga dengan cara Ma’teppo atau mengeringkan beberapa bagian sungai dan menaburkan ramuan-ramuan dari kulit kayu dan sejenisnya yang disebut Ma’tuha Bale yang berarti meracuni ikan-ikan dan sejenisnya untuk memudahkan penangkapan ikan yang siap untuk disajikan dalam pelaksanaan ritual dan disantap bersama-sama oleh para tamu sambil menikmati atraksi-atraksi masyarakat seperti Gendrang Tellue, Pencak Silat Kembang  (Baruga), Ma’ssempe dan Ma’pelo
Akan tetapi kegiatan pesta tersebut sangatlah merugikan masyarakat yang tinggal di sekitarnya sebab secara alamiah bukan hanya biota sungai yang tercemar bahkan biota laut pun seperti udang, kepiting, ikan dan ruang (sejenis ikan teri) ikut tercemar. Ternak-ternak masyarakat di sekitarnya yang menikmati air sungai juga ikut terancam sehingga Raja Bulo-Bulo bersama dengan lembaga adatnya mengeluarkan aturan dengan melarang keras melakukan kegiatan Ma’timpa Binanga/Salo dan jika ada yang berani melanggar akan mendapatkan ganjaran dari Raja dan Penghulu Adat. Namun demikian, masih ada yang melakukan secara sembunyi-sembunyi sehingga  Arung bersama Penghulu Adat melakukan Tudang Sipulung (Ma’bahang) atau bermusyawarah untuk mencari jalan yang terbaik sehingga kegiatan Ma’timpa Binanga/Salo dengan keputusan adat dirubah menjadi suatu pesta kesyukuran dengan cara menghalau ikan yang disebut dengan Marimpa Salo yang bermakna suatu bentuk penangkapan ikan air tawar atau sungai secara turun-temurun dengan cara menghalau ikan dari arah hulu sungai menuju muara yang diiringi dengan berbagai perahu dengan tabuhan gendang yang bertalu-talu dan bunyi-bunyian lainnya yang terbuat dari batangan bambu. Pesta ini merupakan pesta panen syukuran yang dilakukan secara bersama-sama dengan bergotong royong pada dua desa sebagai ungkapan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala bentuk keberhasilan Lao Rumah atau panen padi dan jagung maupun keberhasilan Ma’paenre Bale atau tangkapan ikan bagi masyarakat nelayan setiap tahunnya.
Pelaksanaan upacara marimpa salo dilakukan oleh segenap komponen pelaku yang telah ditentukan dalam suatu musyawarah adat. Komponen-komponen yang dimaksud itu terdiri atas : Arung (Kepala Desa), Gella (Kepala Kampung), Pabelle, Ponggawa Lopi dan awak perahu, Pangerang (pengiring musik di atas perahu), Paddareheng/Paddawa-dawa (orang-orang yang mempersiapkan makanan yang akan disajikan) dan pengatur upacara(komponen yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan upacara dan bertanggungjawab atas kesuksesan upacara tersebut sedangkan yang bertindak sebagai pemimpin upacara/pemimpin doa ritual adalah Sanro (dukun).
Sebagaimana halnya pada setiap penyelenggaraan upacara ritual lainnya, pada pelaksanaan upacara marimpa salo, juga mencakup beberapa tahapan kegiatan, mulai dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan.
1     Tahap Persiapan
Dalam persiapan pelaksanaan upacara marimpa salo, beberapa hal yang harus dilakukan oleh segenap komponen penyelenggara agar pelaksanaan upacara marimpa salo dapat berjalan dengan  sukses yaitu
1     Mengadakan musyawarah adat untuk menentukan hari H pelaksanaannya. Pelaksanaan musyawarah adat biasanya di lakukan sekitar dua minggu sebelum hari H.
2     Bila pembagian tugas kepada segenap komponen penyelenggara sudah jelas, maka mereka pun sudah harus bekerja dengan mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
3     Melaksanakan gotong royong di sisi pinggir sungai bagian muara (tempat pemusatan upacara) seperti membersihkan sampah, meratakan gundukan tanah tempat upacara.
4     Mendirikan/memsang tenda (baruga walsuji) di sisi pinggrir sungai bagian muara sepanjang ±30 M sebagai tempat para tamu/undangan dan warga masyarakat lainnya.
5     Pemancangan dua buah belle untuk menjebak dan menampung ikan-ikan yang telah dirimpa (dihalau) dari hulu sungai.
6     Mempersiapkan perahu-perahu yang akan digunakan dalam prosesi marimpa salo.
7     Mempersiapkan perangkat  musik tradisional yang akan ditampilkan maupun yang akan mengiringi pada prosesi marimpa salo.
8     Menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan konsumsi yang akan dihidangkan kepada tamu maupun masyarakat.
2.    Tahap Pelaksanaan
Sebagaimana pada tahap persiapan, maka pada tahap pelaksanaan upacara marimpa salo pun terdiri atas beberapa tahap yaitu :
a.      3 hari menjelang hari H dilaksanakan pertunjukan keramaian, seperti pasar malam, pertunjukan tarian dan musik tradisional, lomba domino, pemutaran film dan acara hiburan lainnya Pada hari H, para perangkat upacara yang telah diberikan tugas segera mempersiapkan tahap awal pelaksanaan upacara, terutama mengatur perahu yang akan digunakan dalam prosesi marimpa salo.
b.     Sebelum prosesi marimpa salo dilaksanakan, maka terlebih dahulu dilaksanakan ceremonial penjemputan tamu serta pertunjukan tari dan permainan tradisional dilanjutkan dengan lomba-lomba yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat pesisir.
c.      Setelah itu, seluruh perangkat upacara bersama-sama dengan masyarakat dan pengunjung mengikuti prosesi marimpa salo menuju hulu sungai dengan menggunakan perahu-perahu yang telah disiapkan dengan dipandu oleh ponggawa lopi dan para awak perahu.
d.     Tahap selanjutnya adalah pemasangan jaring dan hompong dari dua sisi sungai serta pengaturan perahu dari arah yang sama dengan lebar sungai.
e.      Setelah tahap pemasangan jaring selesai, acara inti pun segera dimulai dengan diawali pembacaan mantra dan doa yang dipimpin oleh sanro agar pelaksanaan upacara marimpa salo dapat terlaksana dengan lancar serta mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
f.       Tahap selanjutnya adalah kelompok paggenrang mulai menabuh alat musik berupa gendang dan gong yang dipadukan dengan alat musik lainnya.
g.     Seiring dengan mulai ditabuhnya alat musik gendang dan gong, para awak dengan kendali ponggawa lopi mulai menjalankan perahu secara perlahan dan menarik tali pengikat jaring dan hompong menuju muara sungai.
h.     Setelah rombongan marimpa salo tiba di sisi belle dan diperkirakan semua ikan-ikan telah masuk ke dalam belle, maka pintu belle pun segera ditutup.
i.       Sebagai tahap akhir dari pelaksanaan upacara marimpa, masyarakat dan pnegunjung beramai-ramai turun ke belle untuk menangkap ikan. Semua hasil tangkapan yang diperoleh dinaikkan ke darat untuk selanjutnya dibakar dan dimakan bersama-sama Upacara Marimpa Salo sebagai suatu tradisi budaya lokal yang sudah dilakukan secara turun-temurun oleh  masyarakat di Desa Sanjai-Desa Bua Kecamatan Sinjai Timur-Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai, tentunya mengandung nilai yang diyakini baik oleh masyarakat pendukungnya. Adapun nilai-nilai yang dimaksud antara lain :
1)     Nilai solidaritas/kebersamaan
Hal ini terlihat ketika pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan upacara marimpa salo yang tidak dilakukan secara sepihak tetapi melalui suatu pertemuan atau musayawarah dengan melibatkananggota masyarakat serta pemerintah desa, kelurahan dan instansi terkait. Selain itu, dapat dilihat sepanjang berlangsungnya upacara terutama ketika prosesi marimpa salo di mana segenap perangkat upacara dan masyarakat bersama-sama saling mendukung demi suksesnya penyelenggaraan upacara. Selama waktu penyelenggaraan upacara, seluruh peserta upacara termasuk pemangku adat dan para undangan lainnya sama-sama menjaga ketertiban maupun keharmonisan dengan harapan pelaksanaan upacara dapat berjalan lancar.
2)     Nilai ilmu
Salah satu jenis ilmu/pengetahuan tradisional yang terkait dengan pelaksanaan upacara tradisional marimpa salo ialah pengetahuan tentang waktu. Secara tradisional, masyarakat setempat khususnya pendukung upacara marimpa salo sampai sekarang tetap mempertahankan warisan budaya leluhur mengenai konsepsi tentang adanya waktu yang dianggap baik di samping waktu yang dianggap kurang baik.
3)     Nilai religi
Konsep pengetahuan tentang waktu tercermin adanya nilai religi. Di mana mereka (para pendukung upacara) mempercayai bahwa waktu yang dianggap paling tepat untuk menyelenggarakan upacara adalah sesudah panen padi. Mereka percaya bahwa pada saat tersebut keadaan aliran sungai yang akan dilalui saat prosesi marimpa salo airnya relatif tenang dan jernih. Begitu pula ikan-ikan yang terdapat di dalamnya diyakini cukup banyak sehingga harapan untuk menjaring ikan sebanyak-banyaknya sangat terbuka.
4)     Nilai Seni/Estetika
Hal ini terlihat dari aktivitas masyarakat dalam menghias perahu yang akan digunakan pada upacara marimpa salo dengan maksud agar upacara dapat berlangsung dengan semarak. Hiasan-hiasan yang terbuat dari kertas berwarna-warni tersebut dipasang pada bagian atas perahu dengan cara menghubungkannya dari sisi pinggir perahu ke bagian atas tiang layar. Selain itu, nilai seni ini tampak dari adanya aktivitas kesenian tradisional yang ditampilkan dalam setiap pelaksanaan upacara marimpa salo seperti tari tradisional dan musik tradisional.
5)     Nilai Ekonomi
Upacara marimpa salo adalah kegiatan yang dilakukan secara gotong-royong dengan melibatkan tidak hanya warga setempat tetapi juga warga dari desa lainnya. Kondisi seperti tentu merupakan kesempatan yang sangat baik bagi para pedagang/penjual (khususnya pedagang kaki lima) untuk menjual dagangannya dan meraup keuntungan.



PESTA ADAT MARIMPA SALO

PESTA ADAT MARIMPA SALO Sebagaimana diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan ditandai oleh banyaknya suku ...