Sunday, April 29, 2018

BENTENG BALANGNIPA


BENTENG BALANGNIPA
A.    Sejarah Benteng Balangnipa
Gambar terkait
Benteng Balangnipa di didirikan pada tahun 1557 dari persetujuan tiga kerajaan, diantaranya : Bulo-bulo, Tondong dan Lamatti, yang umumnya di kenal dengan nama kerajaan Tellu limppo'e. Pada awal mula pembangunanya, Benteng Balangnipa hanya bermaterial atau terbentuk dari batu gunung yang di padukan dengan lumpur dari sungai tangka yang ketebalan dinding bangunan 'SIWALI REPPA' (Setengah depan). Model dan rangkaian bagunan Benteng Balangnipa tersebut adalah segi empat dan mempunyai empat buah bastion (Pertahanan). Ketika penjajah Belanda ingin menyerang dan menguasai Sinjai, Benteng Balangnipa di jadikan sebagai benteng pertahanan untuk mencegah serangan penjajah Belanda dari perairan Bone.
    Perkelahian Raja-raja dari TELLU LIMPPO'E tersebut dalam menentang agresi Belanda sangat dasyat sebagaimana diceritakan dalam Buku sejarah RUMPA'NA MANGARABOMBANG atau perang Mangarabombang melawan agresi Belanda pada tahun 1859-1961. Karena kekuatan dan peralatan perang kerajaan TELLU LIMPO'E tidak setara dengan peralaratan yang dimiliki oleh Belanda, Benteng Balangnipa akhirnya sukses di rebut oleh prajurit Belanda sekitar tahun 1859 melalui perang MANGARABOMBANG.
    Setelah Belanda menguasai wilayah persatuan kerajaan TELLU LIMPPO'E (Kab. Sinjai Sekarang), Benteng Balangnipa di gunakan untuk mengantisipasi, baik serangan dari orang-orang pribumi persekutuan Kerajaan TELLU LIMPPO'E maupun serangan dari kerajaan lainya. Sekitar tahun 1864 Benteng Balangnipa diperbaharui atau didekorasi ulang oleh Belanda dengan dekorasi atau sentuhan ala arsitektur eropa dan selesai pada sekitar tahun 1868 menghasilkan bentuk seperti saat ini. Benteng Balangnipa sampai saat ini tetap terjaga sebagai salah satu objek peninggalan sejarah kepurbakalaan dan digunakan sebagai Museum dan Pembinaan Budaya dan Arena Seni Budaya Tradisional.
Benteng Balangnipa adalah sebuah peninggalan masa lampau di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan yang ramai dikunjungi warga pada hari libur. Benteng sebagai simbol bersatunya tiga kerajaan dan dijadikan benteng pertahanan bagi kolonial Belanda ini masih menyimpan beragam pesona serta misteri. Benteng Balangnipa yang terletak di Kelurahan Balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan ini didirikan pada tahun 1557 oleh tiga kerajaan setempat yakni kerajaan Bulo-bulo, Lamatti dan Tondong yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Tellulimpoe.
Di awal pembangunannya benteng ini terbuat dari bahan batu gunung yang ditempel dengan lumpur dari sungai sebagai alat perekat dan memiliki arsitektur sisi utara dengan luas 49,45 meter, sisi barat 49,10 meter, sisi selatan 30,47 meter, sisi timur 49,27 meter, ketebalan dinding 0,50 meter. Pintu benteng yakni pintu utama selebar 4 meter dengan 2 daun pintu. Selain dijadikan sebagai benteng pertahanan, dahulu kala benteng ini juga dijadikan sebagai pusat adiminstrasi tiga kerajaan karena letaknya yang berada persis di depan pelabuhan kuno Sungai Tangka. Seiring dengan perkembangan zaman benteng ini pun berubah fungsi seperti saat perang maha dahsyat antara Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan kolonial Belanda bersama sejumlah kerajaan kecil yang berada di bawah naungan Kerajaan Gowa yang kemudian berafiliasi ke kolonial Belanda    
Benteng ini pun turut merasakan dentuman meriam penjajah Belanda hingga akhirnya takluk pada tahun 1859-1961. Benteng ini pun kembali dibangun oleh Belanda dengan arsitektur khas Eropa yang hingga kini bangunannya masih tetap bertahan. Benteng yang berdiri kokoh dengan sejumlah bangunan ala Eropa ini memiliki sejumlah gedung yang dahulunya menjadi pusat administrasi bagi pemerintahan kolonial Belanda. Jika berada di dalam benteng ini maka pengunjung akan merasakan kesejukan di antara pepohonan rindang serta bangunan kokoh peninggalan masa lalu.
Situs Benteng Balangnipa memenuhi kireteria sebagai Cagar Budaya dengan berdasar pada aturan Perundang-undangan Nomor 11 tahun 2010 pada pasal 5 yang menerangkan  bahwa;
a.       Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
Pada saat diusulkan sebagai Situs Cagar Budaya, Benteng Balangnipa yang sudah didirikan sejak Tahun 1557 oleh federasi Kerajaan Tellu Limpoe telah berumur sekitar 460 tahun. Namun bila ditinjau dari segi arsitektur yang masih tetap bertahan dan tampak hingga sekarang, bangunan ini merupakan bangunan hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh pihak Belanda pada Tahun 1864 dan selesai pada Tahun 1868.
b.      Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
Kontruksi awal yang berupa susunan Batu Gunung yang direkatkan dengan lumpur dan dengan ketebalan setengah depa, Benteng Balangnipa telah difungsikan oleh Rakyat Tellu Limpoe sebagai tempat musyawarah, pertahanan dan pusat perekonomian dalam kurung waktu Tahun 1557-1859 atau sekitar ± 302 tahun. Renovasi besar-besaran pada bangunan kemudian dilakukan pada masa pendudukan Belanda di Tellu Limpoe, renovasi dimulai pada Tahun 1864 dan selesai pada 1868. Hasil renovasi dengan menggunakan sentuhan arsitektur eropa inilah yang masih bertahan dan tetap dimanfaatkan dengan varian fungsi yang berbeda seperti sebagai pusat pertahan, tempat latihan Militer, Kantor sekaligus Asrama Polisi, Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Sinjai,  hingga saat ini Benteng Balangnipa dipelihara sebagai salah satu bangunan cagar budaya dan dipergunakan sebagai Museum Daerah serta tempat pagelaran seni dan budaya.
c.       Memiliki arti khusus bagi,
1.      Sejarah
Keberadaan Benteng Balangnipa sejak masa Kerajaan Tellu Limpoe hingga setelah Belanda berhasil menduduki wilayah ini, daerah yang pernah menjadi pusat  pemerintahan, pertahanan dan perekonomian masyarakat khususnya  dikawasan timur Sulawesi Selatan ini,  menjadi bukti peradaban sekaligus menjadi saksi sejarah besarnya perjuangan rakyat dalam melawan imprealisme.
2.      Ilmu pengetahuan
Benteng ini merupakan tipe bangunan system pertahanan yang unik dari masa VOC dan menjadi media penelitian bidang Arsitektur, Arkeologi, dan Sejarah.
3.      Pendidikan
Benteng Balangnipa ini dapat menjadi media pembelajaran dan penanaman nilai-nilai perjuangan, nasionalisme, dan patriotesme.
4.      Kebudayaan
Benteng ini menjadi bukti perpaduan unsur-unsur budaya lokal dalam pemilihan lokasi dengan unsur asing (belanda) dari segi Arsitekturnya. Dimasa kini, Benteng Balangnipa juga menjadi salah satu tempat latihan sekaligus pertunjukan kegiatan seni dan budaya bagi masyarakat sekitar yang terus berusaha melestarikan kebudaya daerah mereka.
d.      Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa;
Benteng ini menjadi bukti peradaban masyarakat. melalui sejarah, Benteng yang didirikan oleh persekutuan tiga kerajaan (bulo-bulo, lamati, dan tondong) yang tergabung dalam federasi Kerajaan Tellu Limpoe memberikan gambaran bagaimana hubungan masyarakat dimasa lalu sangatlah harmonis dan demokratis, karena selain sebagai tempat pertahanan benteng ini juga berfungsi sebagai tempat musyawarah. Selain itu, benteng ini menjadi saksi sejarah besarnya perjuangan rakyat dalam melawan imprealisme.
e.   Mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/ atau Struktur Cagar Budaya.
     Di dalam situs Benteng Balangnipa ditemukan beberapa bangunan yang terpisah dan sebagian besar masih utuh sampai saat ini diantaranya seperti; bangunan bekas kantor yang saat ini dimanfaatkan sebagai museum, bangunan dapur, bangunan barak komandan, bangunan barak prajurit, yang dimana keseluruhan bangunan ini terdiri dari berbagai macam unsur seperti; susunan bata sebagai diniding, genteng, kayu dan besi sebagai ornament pelengkap bangunan sebagai tangga, lantai dan jendela. Selain itu terdapat bangunan bekas gudang amunisi yang saat ini sudah tidak beratap, ada pula empat buah bastion yang masing-masing terletak di sudut situs. Masih juga ditemukan beberapa Benda Cagar Budaya yang masih tersisa dan terpelihara sebagai koleksi museum seperti Meriam, koin kuno, kramik dan lain sebagainya.
f.       Menyimpan informasi kegiatan manusia dimasa lalu.
Sebagaimana benteng-benteng pada umumnya yang berfungsi sebagai tempat pertahanan, kehadiran Benteng Balangnipa dalam sejarah sinjai memberikan makna tersendiri yang syarat akan nilai perjuangan dan patriotisme. Selain itu gaya arsitektur eropa yang dimiliki situs ini mempertegas fungsi Benteng Balangnipa dimasa lalu yakni sebagai Tempat Pertahanan
B.     IDENTITAS
Objek                          : Situs
Lokasi                        
     Alamat                    : Jln.  Sungai Tangka
     Kelurahan               : Balangnipa
     Kecamatan              : Sinjai Utara
     Kabupaten              : Sinjai
     Propinsi                   : Sulawesi Selatan
Batas-batas                  : Utara             : Jln. Sungai Tangka
                                      Timur             : Lapangan Sepakbola
                                      Selatan          : Pemukiman Penduduk
                                      Barat             : Jln Anggrek
 Kordinat                     : 05°  7’ 4’’ LS dan 120° 15’ 4” BT
Ketinggian                  : 15 mDPL
C.    DESKRIPSI
Uraian                          : Terletak di kawasan lingkungan yang padat penduduk, Benteng Balangnipa dengan arsitektur eropa yang masih bertahan hingga saat ini tampak  sangat megah, dilihat dari luar dan dari dalam situs. Tidak hanya itu, rentetan sejarah panjang yang telah tertoreh sejak awal berdirinya oleh persekutuan kerajaan lokal yang tergabung dalam federasi Kerajaan Tellu Limpo’e, pada masa itu benteng ini menjadi pusat pemerintahan sekaligus perekonomian dan pertahanan masyarakat. Lalu pada masa penguasaan Belanda benteng ini mengalami renovasi besar-besaran dari segi arsitekturnya. Kemudian masa pendudukan Jepang, selai tempat pertahanan benteng itu juga dijadikan sebagai tempat latihan meliter Tentara Kerakyatan pembentukan Jepang, hingga masuk pada masa pasca kemerdekaan RI yang difungsikan sebagai Tangsi/asrama Polisi kemudian menjadi Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sinjai.  Rentetan perubahan fungsi dan pemanfaatan Benteng Balangnipa ini menjadikan situs ini bukan hanya megah dari segi arsitekturnya saja, melainkan kemegahannya itu juga tampak dari aspek sejarah dan budaya masyarakat khususnya di Kabupaten Sinjai. Dari situ maka sudah sepantasnya jika Benteng Balangnipa ini menjadi kebanggaan bersama yang harus tetap dilestarikan.
            Situs Benteng Balangnipa memiliki luas sekitar 190 m², yang terdiri dari zona inti dan zona penyangga. Zona Inti terdiri dari beberapa bangunan yang masih cukup terawat seperti Bangunan Kantor, Bangunan Barak Komandan, Bangunan Barak Pasukan, Bangunan Dapur, Bangunan Gudang, Bastion dan 5 (lima) buah Sumur, sementara untuk Zona Penyangga terdapat Taman yang ditumbuhi beberapa jenis tanaman. Secara keseluruhan Situs ini berbentuk menyerupai bujur sangkar yang dimana gerbangnya berada disisi Utara, tepat berhadapan langsung dengan Sungai Tangka. Selain itu Situs Benteng Balangnipa dilengkapi dengan 4 (empat) buah Bastion yang terletak  pada masing-masing sudutnya menjadi keunikan tersendiri yang hanya dimiliki oleh beberapa bangunan tua saja yang masih tetap terjaga hingga saat ini.
Ukuran                       :
Panjang           : 49 Meter
            Lebar               : 49 Meter
            Luas                : ± 1,9 Ha
Kondisi Saat ini          : Utuh dan Cukup Terawat
Nilai Penting                 : Situs Benteng Balangnipa Menjadi Bukti Peradaban Manusia, Khususnya di Kabupaten Sinjai. Situs Benteng Balangnipa menjadi Saksi Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia pada Abad ke XVI-XIX. Dari segi Arsitekturnya,  Situs Benteng Balangnipa memiliki keunikan tersendiri dan tergolong Langka.


No comments:

Post a Comment

PESTA ADAT MARIMPA SALO

PESTA ADAT MARIMPA SALO Sebagaimana diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan ditandai oleh banyaknya suku ...